Ruang kosong pun menjadi hidup oleh bayangmu yang hadir menyapa.
Seperti ingin memutar kembali waktu, seakan ingin menghidupi kembali masa lalu yang membawa mereka pada titik ini, Hizkia dan Laura menghadirkan suasana yang mengingatkan mereka akan permulaan perjalanan mereka.
Kehidupan sepanjang studi mereka di Seattle kala itu terasa penuh petualangan di kala akhirnya mereka menemukan satu sama lain. Banyak waktu mereka habiskan bersama mengelilingi kota dari satu sudut ke sudut lainnya. Lain hari mereka membunuh waktu dengan menikmati keindahan alam kota itu.
Memenuhi ingin keduanya untuk bernostalgia, Hizkia dan Laura menyulap ruang bernuansa putih untuk menghadirkan nuansa itu kembali. Berbagai foto-foto masa lalu kebersamaan mereka, berlatar belakang pemandangan kota itu, ditampilkan dalam sebuah putaran gambar dari perjalanan mereka. Mereka berdua terduduk di hadapan tembok yang memutar rangkaian salindia, seraya bercerita pada siapapun yang ada di sana tentang hari-hari penuh kehangatan Mereka mengenang dan tertawa bersama dalam kesederhanaan.
Potret Laura yang tersorot di dinding menaungi Hizkia yang terduduk bersandar padanya seolah membisikkan kata bahwa di mana pun berada, Laura akan tetap terasa dekat. Begitu pula sebaliknya, di kala foto Hizkia terpancar di balik punggung Laura, seakan menyatakan bahwa lelaki itu akan selalu siap melindungi dirinya sejauh apapun itu. Dan hari itu, keberadaan Hizkia dan Laura berdua membuktikan bahwa ruang kosong pun menjadi hidup oleh bayang satu sama lain yang hadir menyapa, kapan pun, bagaimana pun.
Dokumentasi yang direka-ulang untuk melepas rindu itu disimpan dalam potret hitam putih bagai kenangan. Dan kini, dalam rangka menyambut keduanya yang siap menyongsong masa depan, lensa menangkap kebersamaan mereka dengan pewarnaan yang hangat di antara sorot cahaya matahari sore.