



Pada akhirnya nanti, ialah doa yang akan menjaga kita
Ada hari-hari yang terasa begitu membosankan. Ada pula hari yang terasa begitu membatasi kebebasan dengan segala rutinitasnya. Dunia berputar tanpa henti, namun hari-hari tiada memberi kesan yang berarti. Hingga satu waktu, Amelia merasa bisa bernapas bebas kembali, menemukan makna dalam kesehariannya, di kala itu ia berjumpa dengan Hadi. Ia adalah pribadi yang memberinya ketenangan dari segala kesesakan.
Seperti secercah harapan datang menghampiri satu sama lain, mereka kini ada dalam dunia yang mereka bagi bersama. Menyatu dalam kepulangan di awal perjumpaan. Dan langit cerah Pulau Dewata menjadi saksi cerita mereka kali ini.
Di sebuah rumah dengan sentuhan etnik, Amel dan Hadi menikmati kebersamaan dalam kehangatan. Cahaya matahari yang menyeruak di antara dedaunan kala itu semakin membuat keduanya nyaman di sana. Menikmati kicau burung dan semilir angin di pekarangan, berteduh di antara bayang pepohonan, berkeliling menjelajahi sudut-sudut bangunan kayu itu, seolah menghidupi tenang yang selama ini mereka cari di antara hingar-bingar kota. Berdua, menjadikannya terasa lebih sempurna.
Suasana hangat itu masih menyertai mereka di kala menyusuri tepi pantai. Matahari dengan megahnya mewarnai langit senja, mencipta kilau terpantul dari butiran pasir hitam yang digerus jejak kaki mereka. Di sana, Hadi terlihat bahagia mengabadikan momen ini dengan Amel yang bergerak anggun. Dan di antara desir pasir berbisik, Amel sadari sekali lagi sunyi yang menghadirkan nyaman untuk dirinya. Sosok Hadi yang melihat dirinya dengan hati, yang memicu makna yang lebih dalam yang semula kasat mata.
Kini mereka telah sepakat menuju mimpi yang sama. Hari-hari yang kelak dilewati tanpa perlu terasa terhimpit ataupun menghadirkan tunggu yang sia-sia. Hadi dan Amel percaya, mereka akan menyambut semuanya tanpa lagi merasa tergesa, karena pada akhirnya nanti, ialah doa yang akan menjaga mereka untuk satu sama lain. Selamanya.
Musik kredit: Gardika Gigih – Pada Tiap Senja