
Yoel dan Angel — Yogyakarta
Kita, hangat dalam kata, damai dalam diam.
Yogyakarta punya jutaan cerita, tentang mereka yang memadu kasih, mereka yang menautkan janji, mereka yang sedang bersama melangkah maju. Ia menjadi saksi akan itu semua, akan kisah sepasang kekasih yang menyusuri sudut-sudut kota dan menjadikan perjalanannya abadi.
Dua sejoli ini menapaki kota yang penuh kesederhanaan itu dengan kepribadian yang sama sederhananya. Penuh ketenangan namun tetap sarat akan makna. Tersirat dalam tiap gerak-gerik mereka yang menelusuri Yogyakarta dengan santai.
Di sebuah kedai bakmi, mereka tak hanya menikmati santap siang kala itu, namun juga keberadaan satu sama lain. Menghabiskan waktu berbagi kehangatan dalam patah dua patah kata yang mereka lontarkan di kelilingi sentuhan barang-barang antik menghiasi dinding.
Menjelang petang, Yoel dan Angel memilih menyusuri gumuk pasir. Beradu momentum dengan alam yang sepertinya kini menerpa angin dengan derasnya. Namun, sebagaimana selama ini badai yang menghampiri tak berhasil membuat langkah keduanya terhenti, sepasang sejoli ini pun tetap menikmati langkah demi langkah.
Meski helai-helai rambut terbang terbawa angin berdesir, dan pandangan mata yang mungkin harus terganggu karena pasir, keduanya tetap berjalan sambil menautkan jari-jemari. Dan berdua, mereka jadikan momen di bawah naungan langit senja itu berharga tanpa perlu banyak bicara. Hanya berselimut damai dalam diam di bawah sinar matahari.